THE DREAM TEAM I
Silvio Berlusconi tak
perlu berpikir panjang untuk membeli AC Milan pada 1986. Dia ambisius,
dia memiliki banyak uang, dan dia gila sepak bola. Dia kemudian meretas
jalan untuk mengantar Milan menuju tangga kesuksesan di Serie A Liga
Italia dan di Piala Champions Eropa. Jalan yang akhirnya melahirkan
julukan The Dream Team bagi Milan.
Langkah
awal, Berlusconi mencoba membangun skuad solid di tubuh Milan. Pelatih
Arrigo Sacchi direkrut untuk meracik strategi tim; duo Belanda
didatangkan: Marco Van Basten dari Ajax Amsterdam dan Ruud Gullit dari
PSV Eindhoven. Duo Belanda tersebut kemudian dipadukan oleh Sacchi
dengan pemain-pemain lokal Italia: Giovanni Galli, Franco Baresi, Mauro
Tasotti, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini, Angelo Colombo, Carlo
Ancelotti, Alberigo Evani, dan Roberto Donadoni.
Hasilnya,
tanpa menunggu lama, Milan meraih gelar Serie A setahun berikutnya,
yaitu pada musim 1987-1988. Milan meraih posisi puncak dengan meraih
poin tertinggi 45, selisih 3 poin di atas peringkat dua, Napoli. (Saat
itu, format Serie A terdiri 18 tim dan setiap kemenangan bernilai 2 poin
saja).
Musim berikutnya, 1988-1989, Milan
tidak mampu mempertahankan gelar Serie A nya meskipun mendapat tambahan
satu lagi pemain baru asal Belanda, Frank Rijkaard, yang direkrut dari
Real Zaragoza. Milan hanya mampu menduduki peringkat tiga dengan 46
poin, selisih 12 poin di bawah sang juara, Inter Milan, yang diperkuat
trio Jerman: Lothar Matthaeus, Juergen Klinsmann, dan Andreas Brehme.
Namun, di Piala Champions, Milan berhasil tampil maksimal sebagai juara
dengan menghancurkan Steaua Bucharest yang diperkuat Gheorge Hagi, 4-0
tanpa balas. Gol dicetak oleh Gullit dan Van Basten, masing-masing dua
gol.
Gelar Piala Champions kembali
dipertahankan Milan di musim berikutnya, 1989-1990, setelah mengalahkan
Benfica di partai final melalui gol tunggal Rijkaard. Gelar Piala Super
Eropa dan Piala Toyota juga berhasil diraih dengan mengalahkan Barcelona
2-1 agregat dan Atletico Nacional 1-0. Namun, di Serie A, Milan kembali
gagal menjadi juara setelah hanya menduduki peringkat dua dengan 49
poin, selisih 2 poin di bawah sang juara, Napoli, yang diperkuat Diego
Armando Maradona dan Ciro Ferrara.
Musim
1990-1991, Milan kembali gagal menjuarai Serie A setelah lagi-lagi
berada di peringkat dua dengan 46 poin, selisih 5 poin di bawah
Sampdoria. Begitu juga dengan Piala Champions, Milan gagal
mempertahankannya setelah kalah dari Marseille di perempat final dengan
skor 1-4 agregat. Namun, Milan berhasil mempertahankan Piala Super Eropa
dan Piala Toyota setelah mengalahkan Sampdoria 3-1 agregat dan Olimpia
3-0. Di musim ini juga, Milan menjual dua pemain emasnya, yaitu Angelo
Colombo ke Bari dan kiper Giovanni Galli ke Napoli. Untuk mengganti
kiper, Milan merekrut Sebastiano Rossi dari Cesena.
Musim ini menjadi akhir kejayaan bagi The Dream Team I.
THE DREAM TEAM II
Musim
1991-1992, Milan mengalami masa transisi. Pelatih Sacchi keluar karena
“naik pangkat’ menangani timnas Italia; posisinya kemudian digantikan
oleh Fabio Capello. Di musim ini juga turut bergabung gelandang muda
berbakat, Demetrio Albertini, yang direkrut dari Padova. Hasilnya luar
biasa, Milan kembali menjuarai Serie A dengan 56 poin, selisih 8 poin di
atas peringkat dua, Juventus, yang diperkuat oleh Roberto Baggio.
Kesuksesan berlanjut ke musim 1992-1993.
Milan
kembali memuncaki Serie A dengan meraih 50 poin, selisih 4 poin di atas
peringkat dua, Inter Milan. Namun sayang, kesuksesan tersebut tidak
berlanjut ke Piala Champions setelah Milan dikalahkan Marseille 0-1 di
partai final, partai yang juga membuat Van Basten mendapatkan cedera
parah di bagian engkelnya yang kemudian membuatnya pensiun selamanya
dari sepak bola. Di musim ini, Milan juga banyak merekrut pemain baru:
Jean-Pierre Papin dari Marseille, Zvonimir Boban dari Bari, Dejan
Savicevic dari Red Star Belgrade, Stefano Eranio dari Genoa, dan
Gianluigi Lentini dari Torino.
Musim selanjutnya, 1993-1994.
Milan
kembali berbenah menyusul hengkangnya duo Belanda: Gullit ke Sampdoria
dan Rijkaard ke Ajax Amsterdam, plus cedera parah yang diderita Van
Basten dan pensiunnya Carlo Ancelotti, serta semakin tuanya umur
beberapa pemain: Mauro Tasotti dan Roberto Donadoni. Pemain-pemain baru
pun direkrut: Marcel Desailly dari Marseille, Brian Laudrup dari
Fiorentina, Christian Panucci dari Genoa, dan Florin Radocioiu dari
Brescia.
Hasilnya mantap, Milan meraih
sukses ganda: menjuarai Serie A dan Piala Champions. Di Serie A, Milan
memuncaki klasemen dengan 50 poin, selisih 3 poin di atas peringkat dua,
Juventus. Di Piala Champions, Milan menghancurkan Barcelona yang
diperkuat Josep "Pep" Guardiola, Hristo Stoitchkov, Romario dan Ronald
Koeman, serta dilatih Johan Cruyff, 4-0 tanpa balas. Dua gol dicetak
Danielle Massaro, dua gol lainnya dicetak oleh Savicevic dan Desailly.
Di musim ini, Milan juga tampil di Piala Toyota menggantikan Marseille
yang dihukum karena kasus suap, namun Milan kalah dari Sao Paolo 2-3.
Musim 1994-1995.
Milan
gagal mempertahankan kesuksesannya. Gelar Serie A direbut Juventus yang
diperkuat Fabrizio Ravanelli, Gianluca Vialli, Didier Deschamps, dan
pemain muda Alessandro Del Piero. Di Piala Champions, Milan dikalahkan
Ajax Amsterdam (yang dikapteni oleh mantan anggota The Dream Team I,
Frank Rijkaard) di partai final 0-1 melalui gol tunggal Patrick
Kluivert. Di Piala Toyota, Milan juga kalah 0-2 dari Velez Sarsfield
(Argentina) yang diperkuat kiper tangguh Jose Luis Chilavert asal
Paraguay. Gelar Piala Super Eropa menjadi gelar satu-satunya setelah
Milan mengalahkan Arsenal 4-1 agregat.
Musim ini menjadi akhir kejayaan dari The Dream Team II.
THE DREAM TEAM III
Selama
1995 hingga 2001, Milan membeli beberapa pemain bintang untuk
memperkuat skuad. Ada yang berhasil; ada yang gagal. Mereka yang
berhasil di antaranya Roberto Baggio dan George Weah yang berhasil
membawa Milan juara Serie A musim 1995-1996; Gennaro Gattuso dari
Salernitana dan Oliver Bierhoff dari Udinese yang berhasil membawa Milan
juara Serie A musim 1998-1999, Andriy Shevchenko dari Dynamo Kiev juga
berhasil menciptakan 26 gol dan menjadi top skor Serie A, namun
keberadaan mereka belum berhasil menciptakan The Dream Team baru.
Periode 2002-2007, Milan kembali berbenah.
Pelatih baru direkrut untuk mengolah strategi tim, yaitu Carlo Ancelotti, mantan pemain Milan era The Dream Team I.
Pemain-pemain
baru berkualitas didatangkan: Rui Costa dari Fiorentina, Clarence
Seedorf dan Andrea Pirlo dari Inter Milan, Alessandro Nesta dari Lazio,
Filippo Inzaghi dari Juventus, Serginho dari Cruzeiro Brazil, Fernando
Redondo dari Real Madrid, Rivaldo dari Barcelona, Ricardo Kaka dari Sao
Paolo Brazil, Hernan Crespo dari Chelsea.
Musim 2002-2003, Milan berhasil menjuarai Coppa Italia dan Liga Champions.
Musim 2003-2004, Milan meraih gelar Piala Super Eropa dengan mengalahkan FC Porto 1-0, dan menjuarai Serie A.
Musim
2006-2007, Milan menjuarai Liga Champions setelah menghempaskan para
wakil Inggris, Manchester United di Semifinal dengan 5-3 agregat dan
Liverpool di partai final dengan 2-1, sekaligus sebagai partai balas
dendam atas kekalahan menyakitkan di final Liga Champions 2005.
Periode
ini bisa dibilang sebagai periode “The Dream Team III”, dilihat dari
materi pemain, keindahan permainan di lapangan hijau serta pencapaian
prestasi yang dibarengi dengan sejumlah gelar dan trophy bergengsi.
(Walaupun banyak juga yang mengatakan bahwa Milan periode ini belum
cukup untuk disebut “The Dream Team”.)
THE DREAM TEAM IV
Kini,
Milan kembali ingin membangun The Dream Team baru. Bermaterikan
pemain-pemain muda dipadukan dengan pemain-pemain berkualitas dan
berpengalaman. Dimulai dengan merekrut Massimiliano Allegri sebagai
pelatih; sejumlah pemain berkualitas yang didatangkan atau diorbitkan
antara lain: Thiago Silva, Ignazio Abate, Mark Van Bommel, Kevin Prince
Boateng, Alexander Merkel, Alexandre Pato, Robinho, Zlatan Ibrahimovic,
Antonio Cassano, dll.
Julukan lain dari setiap era The Dream Team :
THE DREAM TEAM I : Gli Immortali / The Immortals : Yang Abadi
THE DREAM TEAM II : Gli Invincibli / The Invincibles : Yang Tak Terkalahkan
THE DREAM TEAM III : I Meravigliosi / The Amazings : Yang Mengagumkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar